Makan adalah suatu kebutuhan bagi manusia karena diperlukan untuk bertahan hidup. Makan merupakan salah satu sumber energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Bayangkan saja jika tidak makan, tubuh akan kehilangan sebagian nutrisi yang dibutuhkan. Normalnya kita makan sebanyak tiga kali sehari yaitu dengan waktu pagi, siang, dan malam. Dengan asupan karbohidrat, vitamin, air, mineral, lemak, serta protein yang seimbang. Asupan yang ada akan berfungsi sebagai zat pembangun jaringan dan organ, pembangunan sel, dan sebagai cadangan makanan. Namun terkadang, dalam beberapa kondisi, kita masih merasa lapar. Apa yang menyababkan kita lapar ?
Lapar yang kita rasakan bukanlah sebuah halusinasi melainkan dapat dijelaskan secara sains. Sebuah jurnal penelitian dari Brain Research yang dilakukan pada tahun 2018 menjelaskan bahwa ketika suatu makhluk hidup berusaha mempertahankan zat di dalam tubuh agar tetap kondisi konstan, maka secara tidak langsung akan dapat menimbulkan sensasi kelaparan dengan harapan dapat memenuhi kekurangan nutrisi dan adanya peningkatan plasma ghrelin (hormon yang muncul ketika lapar) untuk merangsang agar saluran pencernaan melepaskan substansi kimiawi dalam bentuk lendir (mucus) yang dilakukan oleh sel tubuh dan kelenjar. Ghrelin dalam aplikasinya adalah untuk meningkatkan asupan makan, berat badan, dan nafsu makan pada manusia.
Hormon yang bekerja merupakan hasil dari perintah otak. Karena otak adalah pusat sistem saraf dan memerintah organ tubuh untuk bekerja. Bagian otak yang menjadi tanggung jawab pada saat kita lapar adalah otak belakang. Otak belakang sebagai daerah kritis yang mengatur sinyal naik dan turunnya rasa lapar serta membatasi perilaku makan (Begg dan Woods,2013).
Kontrol langsung yang terjadi melalui pelepasan gastrointestinal peptida (molekul yang ada pada saluran pencernaan) sebagai nutrisi yang terkumpul saat makan. Sedangkan kontrol tidak langsung perilaku makan terjadi melalui aktivasi otak depan dan daerah hippotalamus yang merangsang antisipasi makan dan inisiasi makan. Kontrol tidak lansung ini dapat menimpa otak belakang mekanisme kenyang untuk memungkinkan makan terus setalah cadangan energi telah terpenuhi dan digagas oleh isyarat lingkungan (Johnson,2013).
Pada Tegmental Ventral Area (neuron yang terletak dekat dengan garis tengah di bawah otak tengah), ghrelin merangsang perilaku pencarian makan dan asupan makan yang lezat (Dickson et al., 2011). Neuron simpatik yang berasal dari tulang belakang juga menghubungkan saluran pencernaan dan mekanisme pemberian sinyal ini penting untuk Thermogenesis (proses ketika tubuh meningkatkan suhu, atau output energi), motilitas (kemampuan untuk bergerak secara independen) lambung, dan sekresi lambung. Dalam hal stimulasi, Neurotransmiter (senyawa organik yang membawa sinyal di antara neuron) seperti Dopamine, Noradrenaline, Adrenaline, Glucagon, di informasikan untuk meningkatkan sekresi ghrelin (Gagnon dan Anini, 2013).
Ketika kita mencium bau makanan yang kita senangi kita akan merasa lapar walaupun kita sudah makan. Hal ini disebabkan adanya sistem Endocannabinoid yaitu komponen penting dari regulasi pusat keseimbangan energi dan pengontrol asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh melalui indra penciuman. Dilansir oleh Nature Neuroscience pada tahun 2014, para peneliti menemukan bahwa reseptor Cannabinoid tipe-1 (CB1) mempromosikan asupan makanan dengan meningkatkan deteksi bau sehingga mengaitkan rasa lapar, penciuman, dan asupan makanan. Adanya memori dalam otak yang juga ikut ambil andil dalam bekerjanya sistem penciuman seseorang.
Kontrol reseptor CB1 bergantung pada proses penciuman memiliki peran untuk menghubungkan keadaan internal dalam tubuh dengan pelaksanaan perilaku kita. Faktanya, secara tidak sadar, manusia membuat keputusan penting dengan menggunakan penciuman. Misalnya, pemilihan mitra kerja dipengaruhi oleh penciuman dan isyarat-isyarat bau dapat mengubah persepsi visual (Zhou,2010). Gangguan asupan makanan sering dikaitkan dengan gangguan penciuman.
Pada akhirnya, kelaparan dan nafsu makan dikendalikan untuk mengatur berbagai proses yang mempromosikan asupan makanan termasuk isyarat lingkungan yang menandakan ketersediaan makanan dan memotivasi perilaku untuk mendapatkan makanan. Ghrelin dan peptide GI sebagai pengontrol pada proses terjadinya lapar ini. Reseptor Endocannabinoid CB1 yang ada di otak memproses bau (Olfactory Bulb) kemudian menghubungkan keadaan internal (lapar). Hal ini akan meningkatkan kepekaan kita terhadap aroma makanan pada saat lapar.
Sumber :
Davis, J. (2018). Hunger, ghrelin and the gut. Brain Research, 1693, 154–158.
Soria-Gómez, E., Bellocchio, L., Reguero, L., Lepousez, G., Martin, C., Bendahmane, M., … Marsicano, G. (2014). The endocannabinoid system controls food intake via olfactory processes. Nature Neuroscience, 17(3), 407–415.
Comments